Riwayat


                                       SEJARAH HIDUP
Selamat Datang Shobat......

Perkenalkan shobat, nama lengkap saya adalah mansura, saya lahir di kabupaten kubu raya,  tepatnya di kecamatan batu ampar, desa padang tikar 1, dusun panglima. Saya mansura biasa di panggil dengan berbagai macam nama panggilan. di keluarga, saya biasa di sapa atau di panggil dengan nama MANSO atau SO…akan tetapi berbeda dengan di sekolah, di sekolah para guru biasa memanggil saya dengan nama SUR…sedangakan teman-teman lain memanggil saya dengan berbagai macam nama, ada yang memanggil saya dengan nama MAN, SUR, UNYIL, dan LET.
 LET adalah nama panggilan saya saat saya berkumpul dengan teman-teman pemain bola. Sedangkan nama UNYIL, nama MAN, dan nama SUR merupakan nama panggilan saya saat saya masuk sekolah.  akan tetapi, disaat saya mulai memiliki teman di sekolah menengah pertama saya mulai di panggil dengan nama mungil…nama mungil merupakan nama panggilan bagi teman-teman akrab saya di sekolah menengah pertama tersebut. Tanpa terasa,  nama mungil ini  semakin hari semakin melekat dan di kenal oleh teman teman lain sehingga nama mungil masih di gunakan oleh teman-teman sekolah hinnga sampai melanjutkan ke sekolah menengah atas ( SMA ).
Hehehe……..Entah mengapa, mereka memanggil saya Mungil, Sayapun tidak tahu apa sebabnya, mungin karena imajinasi mereka yang terlalu tinggi dan berlebihan apalagi dengan melihat tubuh saya yang kecil dan wajah saya yang menggemaskan sehingga mereka memanggil saya mungil ….!
Hahahaaaaaaaa….............. Mungkin itu sebabnya, Semakin lama panggilan itu semakin biasa dan semakin dikenal oleh teman-teman yang lain, sehingga banyak teman-teman yang ikut-ikutan memanggil saya mungil.
  Padang Tikar merupakan kampung dimana saya di besarkan. Dan di kampunglah tempat kami hidup dan belajar. Baik belajar dalam menempuh pendidikan maupun belajar saling menghargai sesama manusia. Hidup di kampung merupakan hidup yang kuat akan ikatan tali persaudaraan. Solidaritas yang tinggi dan sikap saling menghargai ini lah yang membuat kami selalu hidup berdampingan baik dengan kerabat maupun bukan dengan kerabat.
Saat-saat Semasa saya masih kecil, di kampung inilah saya sangat  menikmati hidup bahagia dalam belaian kasih sayang, terutama belaian kasih sayang dalam keluarga dan kerabat-kerabat dekat keluarga kami.  Kami semuanya memiliki ikatan keluarga yang kuat dan rasa  solidaritas yang tinggi baik terhadap terhadap kerabat maupun teman-teman.  Rasa solidaritas inilah yang membuat  keluarga kami terkenal di dusun ini sehingga lama-kelamaan  rasa persaudaraan semakin kuat. Dan saya memiliki saudara-saudara yang pandai bergaul, sehingga dengan kepandaiannya mereka sangat banyak memiliki teman.
Rumah yang kami tinggali  setiap hari selalu damai dan nyaman. Apalagi dengan rumah yang tak pernah kosong selalu membuat kami bahagia dan  rumah ini menjadi tempat berkumpulnya para anggota keluarga, para teman maupun para kerabat-kerabat baik yang jauh maupun dekat mereka selalu memenuhi rumah kami . rumah inilah yang menjadi tempat kami hidup, tempat kami berkumpul baik suka maupun duka, walaupun rumah kami sedikit kecil dan kumuh namun kami bahagia bisa menempatinya. Inilah rumah kami, rumah yang berbeda dengan rumah-rumah yang lainnya, rumah yang penuh para anggota keluarga dan tempat bersilaturahminya para kerabat dan sanak saudara yang jauh.
Namun saya berbeda dengan saudara-saudara saya, saya merupakan orangnya yang  kurang pandai bergaul yang luas di bandingkan dengan saudara-saudara saya, akan tetapi saya sangat banyak memiliki teman-teman yang akrab dengan saya, terutama teman-teman  wanita.  Banyak sekali teman teman-teman wanita yang ingin berteman dengan saya, mereka berteman dengan saya mungkin karena mereka yang melihat saya yang terlalu lugu dan menggemaskan walaupun saya cukup nakal, sehingga mereka mau berteman dengan saya. dengan wajah yang lugu dan kenakalan saya  inilah yang dapat membuat mereka semakin dekat dan semakin dekat bagaikan saudara. mereka tampaknya sangat senang berteman dengan saya walaupun saya sselalu menjahilin mereka namun meraka tetap menjadi teman-teman yang baik dan luar biasa. kami merupakan keluaraga yang dikatagorikan keluarga yang kurang mampu, walaupun keluarga yang kurang mampu  tapi kami tetap  selalu hidup selalu bersama dan bahagia. Dan hidup kami semakin bahagia Apalagi berdampingan dengan Keluarga yang di sayang. kami merupakan keluarga yang senang berbagi baik suka maupun duka.
kami memiliki seorang ayah yang senantiasa membuat kami bahagian dan ia selalu berusaha untuk memenuhi hidup dan keperluan kami. Ia adalah sosok yang kuat dan penopang hidup kami. Ia adalah seorang nelayan yang pekerja keras, setiap hari ia selalu bekerja demi untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari kami (keluarga). Walaupun pekerjaannya sebagai nelayan ia masih mampu untuk menghidupi  keluarganya serta menyekolahkan anak-anaknya. Walaupun terkadang pekerjaannya berbahya, ia tetap bekerja  walaupun angin dan badai laut menghambatnya,  Pekerjaannyaa lah yang selalu membuat kami tetap hidup berkecukupan dan ia selalu berusaha agar anak-anaknya tetap meneruskan pendidikan yang lebih baik dan tinggi dan ia selalu mengorbankan dirinya untuk anak-anaknya, dan ia tidak ingin anak-anaknya menjadi seperti dia. Ia selalu memandang rendah dirinya dan menganggap dirinya lemah dan tak berguna.  Bagi kami ia adalah seorang ayah yang bertanggung jawab Dan ia selalu memotivasi kami agar kami kelak menjadi orang-orang yang terpandang yang bisa membahagikan orang-orang yang ada di sekelilingnya dan yang selalu memperhatikan nasib orang-orang yang ada di bawah, terutama keluarga, para saudara, kerabat dekat,  para tetangga dan teman karib.
Saya merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara. Diantara tujuh bersaudara, saya merupakan yang  paling lemah baik secara fisik maupun non fisik. Bayangkan saja, saat adik saya memasuki sekolah dasar  (SD) ia sudah bisa membaca dengan lancar, dan saya hanya bisa membaca terbata-bata walaupun saya sudah kelas 3 SD . selain itu, di saat belajar menaiki sepeda saya selalu terjatuh dan tak pandai untuk menjaga keseimbangan sedangkan adik saya, ia hanya butuh beberapa waktu beberapa hari untuk  bisa menaiki sepada tanpa ada yang mengajarinya.
Namun siapa yang menduga, teryata keberuntungan memihak kepada saya walaupun dengan keadaan saya  yang lemah, baik  lemah secara fisik maupun non fisik  ini membuat saya masih tetap hidup dan  dipilih tuhan untuk terus menerus melanjutkan pendidikan. meneruskan pendidikaan merupakan anugrah yang besar yang diberikan oleh tuhan kepada saya walaupun dengan keadaan saya yang lemah total. Selain itu saya juga dikenal sebagai anak yang cukup nakal. "semasa saya kecil, saya adalah anak yang bandel, Bayangkan saja, usia 4 tahun kepala saya sudah bocor gara-gara naik pohon dan tangan terluka dengan perkelangan tangan kiri saya sobek. Dan akibat lari-larian ini membuat saya pernah kecelakaan."  di sekolah hampir setiap hari saya selalu di hukum jemur karena bandel dan selalu tidak mengerjakan tugas di rumah bahkan saya pernah di hukum seharian gara-gara tidak pernah mengikuti upaca bendera pada hari senin. Akibat kebandelan saya ini lah membuat  Saya pernah tidak naik kelas berturut-turut.
Namun sayang, perjalanan hidup Saya  di masa muda berubah menjadi penuh liku-liku yang pahit. Ayah saya sudah tak mampu bekerja dan disaat itu lah para saudara-saudara saya tidak melanjutkan pendidikan. Namu saya dan adik saya tetap meneruskan pendidikan akibat dorong dari saudara-saudara saya,  saudara-saudara saya tidak ingin saya dan adik saya putus sekolah.  Ia menganggap sekolah itu penting bagi kami para adiknya ia yang selalu membantu membiayai pendidikan kami.. Ekonomi keluarga kami pun makin hari mulai terpuruk. Dan kami tujuh bersaudara selalu mencari pekerjaan demi untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dan keluarga. Untuk mengatasi tekanan ekonomi yang berat, kami terpaksa berkerja kesana kesini bersama dengan saudara-saudara. dan untuk membiayai sekolah saya, saya saya terpaksa harus selalu bekerja dan bekerja. Saya dan adik saya merupakan orang yang paling beruntung, disaat kami mengalami krisis ekonomi, kami diminta oleh saudara-saudara kami agar tetap meneruskan pendidikan, sungguh anugrah yang besar.
Di Saat hari pertama memasuki sekolah, Saya masih memakai celana pendek (seragam sd yang masih  lama ) sementara yang lain mengenakan celana panjang smp. Namun, hal itu tak membuat Saya minder sebab saya memang belum memiliki celana panjang ( seragam smp ) . dan Selama bersekolah Saya belum pernah membawa uang jajan, uang jajan bukan lah merupakan permasalahan bagi saya. walau pun saya tak pernah jajan saya tak pernah merasa minder apalagi harus menuntu kepada orang tua untuk memenuhi kebutuhan kami. Semasa dulu saya sekolah, yang saya pikirkan ialah bagaiman cara saya untuk membayar uang SPP, itu saja yang ada di pikiran saya.
Demi meringankan beban keluarga dan saudara-saudara , sepulang sekolah kami selalu bekerja demi untuk memenuhi kecukupan sehari-hari juga untuk memenuhi biaya sekolah. Manso adalah panggilan akrab Saya dalam keluarganya. selepas sekolah, saya tidak pernah tidur siang walaupun hanya sebentar. Dan saya tidak pernah belajar apalagi mengerjakan pekerjaan rumah (PR).


Bersambung .......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar